Ditulis oleh Abdur Rosyid
Tanggal 17 setiap bulan Agustus kita memperingati hari
kemerdekaan negeri kita. Pertanyaan klasik tapi selalu relevan untuk
dipertanyakan: apakah kita sudah benar-benar merdeka?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, merdeka artinya bebas
dari penghambaan, penjajahan, dll; berdiri sendiri; tidak terkena atau lepas
dari tuntutan; tidak terikat, tidak bergantung kepada orang atau pihak
tertentu; atau leluasa. Dari definisi ini, mari kita bertanya kembali: apakah
kita sudah benar-benar merdeka?
Kita memang sudah merdeka dari penjajahan secara fisik.
Namun kita harus sadar bahwa kita sekarang ini sebetulnya masih terkungkung dan
terbelenggu oleh penjajahan yang bersifat nonfisik.
Negeri kita adalah negeri yang kaya dengan berbagai macam
sumber daya alam, baik yang terpendam didalam tanah, diatas tanah, maupun yang
ada di lautan kita yang luas. Namun semua itu seolah-olah tidak ada bekasnya.
Negara-negara kapitalis telah mengeruk dan mengeksploitasinya. Kapal-kapal
asing dengan leluasa menjarah hasil lautan kita. Bahkan negeri kita justru
dililit utang yang luar biasa jumlahnya, yang kita sendiri belum tahu berapa
generasi lagi hutang itu bisa kita lunasi. Apakah ini yang disebut kemerdekaan?
Angka kemiskinan begitu tinggi. Harga-harga semakin
melonjak, sementara rupiah semakin anjlok. Dimana-mana rakyat harus antre untuk
bisa mendapatkan minyak tanah, minyak goreng, beras murah, dan sebagainya.
Biaya pendidikan semakin lama semakin mahal. Lapangan kerja sedemikian sulit.
Rakyat menjerit! Apakah ini yang disebut kemerdekaan?
Secara politik, apakah negara kita juga sudah benar-benar
merdeka dan berdaulat? Betapa seringnya kita tidak berani untuk mengambil sikap
dan keputusan politik yang benar-benar kita mau karena takut dengan
bayang-bayang hegemoni asing. Demikian pula berbicara soal martabat, apakah
negara kita punya martabat di mata dunia? Silakan Anda jawab sendiri.
Bentuk lain dari penjajahan gaya baru, yang bersifat
nonfisik, adalah penjajahan opini. Para penjajah baru yang berusaha
melanggengkan kekuatan kapitalisme global dalam rangka menguasai dunia,
termasuk menguasai negeri kita, telah mensosialiasikan dan mempermainkan
berbagai macam isu untuk memuluskan agenda-agenda mereka. Diantara isu-isu
tersebut adalah HAM, demokratisasi, jender, dan perdagangan bebas. Mereka
berusaha mempermainkan isu-isu tersebut sembari menerapkan standar ganda yang
sangat hipokrit.
Disamping itu, yang tidak kalah hebatnya adalah penjajahan
budaya. Kita telah melihat dengan mata kepala kita sendiri bagaimana
budaya-budaya asing yang hedonis, materialis, dan merusak telah merasuk dan
menjadi gaya hidup bangsa kita. Kita adalah bangsa yang mayoritas muslim,
bahkan yang populasi muslimnya terbesar di dunia, namun mengapa budaya dan gaya
hidup yang tidak islami jauh lebih hidup di tengah-tengah kita daripada budaya
dan gaya hidup yang islami? Inilah serangan budaya yang sengaja dilancarkan
kepada kita agar kita senantiasa terlena, lemah dan terus terjajah.
Merdekakan Diri Sendiri
Segala yang besar berasal dari yang kecil. Agar bangsa ini
bisa benar-benar merdeka, setiap orang terlebih dulu harus memerdekaan dirinya
sendiri. Diri kita disebut merdeka jika tidak menghambakan diri kepada sesuatu
pun kecuali kepada Allah, satu-satunya Dzat yang memang layak mendapatkan
penghambaan. Jika diri kita masih terbelenggu, terkungkung dan diperbudak oleh
syetan, hawa nafsu, harta benda, kekuasaan, dan sebagainya maka itu berarti
kita masih belum merdeka. Kita masih terjajah!
Pada dasarnya setiap manusia dilahirkan dalam keadaan
fitrah, yakni dalam keadaan bertauhid kepada Allah, terbebas dari berbagai
macam penghambaan kepada selain Allah. Umat bin Khattab suatu ketika
mengingatkan dengan keras seorang gubernurnya yang hendak memperbudak dan menzhalimi
rakyatnya: “Apakah engkau hendak memperbudak manusia yang telah dilahirkan oleh
ibunya dalam keadaan merdeka?”
Islam adalah agama tauhid. Olah karena itu, jika seseorang
menjadikan Islam sebagai agama dan jalan hidupnya secara konsisten, maka ia
akan senantiasa menjadi pribadi yang merdeka. Para sahabat dan para pendahulu
kita ketika mendakwahkan Islam kepada umat manusia di berbagai belahan dunia
biasa menyampaikan pesan bahwa Islam adalah agama yang mengeluarkan manusia
dari penghambaan kepada manusia menuju penghambaan kepada Allah semata.
Bagaimana dengan diri kita saat ini? Apakah kita telah menghambakan diri hanya
kepada Allah semata, dan terbebas dari penghambaan kepada sesama, syetan, hawa
nafsu, harta benda, kekuasaan, dan sebagainya? Mari bertanya pada diri kita
masing-masing.
Mensyukuri Kemerdekaan
Ketika Rasulullah dan para sahabat menaklukkan Kota Mekkah,
mereka tidak merayakan keberhasilan itu dengan berpesta, bersulang, minum
minuman keras, atau menyaksikan para biduan dan penari wanita. Sebaliknya,
mereka justru diperintahkan oleh Allah untuk beristighfar, bertasbih, dan
memuji Allah.
Anehnya, saat ini umat Islam dan bangsa Indonesia seringkali
mengadakan pesta ulang tahun hari kemerdekaan dengan acara-acara yang melupakan
dan melenakan diri. Acara kadang diisi dengan sesuatu yang bertentangan dengan
tujuan perayaan hari kemerdekaan, bahkan bertentangan dengan aturan Allah yang
telah memberi karunia kemerdekaan kepada bangsa Indonesia. Bukankah kemerdekaan
yang kita raih adalah karena karunia dan rahmat Allah? Lihatlah dalam pembukaan
UUD 1945, disana tercantum bahwa ”Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa
bangsa Indonesia telah mencapai kemerdekaannya”. Lalu mengapa para pejabat,
tokoh masyarakat dan rakyat mengadakan acara hari kemerdekaan dengan segala hal
yang sia-sia? Bahkan melanggar norma-norma agama? Sungguh suatu perbuatan yang
naif sekali! Acara-acara yang menghiasai hari kemerdekaan seperti itu bukan
saja “kurang ajar” kepada Tuhan yang memberi nikmat kemerdekaan, tetapi juga “kurang
ajar” kepada para pahlawan yang telah gugur demi terwujudnya kemerdekaan
Indonesia. Kadang, acara-acara itu tidak ada barang sejenak pun mengingat
perjuangan para pahlawan dan mendoakan mereka. Yang ada hanya hura-hura dan
sebagian lagi penuh dengan kemaksiatan. Anehnya, terkadang acara-acara tersebut
didukung oleh para pejabat, tokoh masyarakat atau mereka yang dihormati oleh
masyarakatnya. Jika itu telah membudaya di tengah-tengah bangsa ini, bagaimana
generasi masa depan akan menghargai para pahlawannya?
Inilah saat untuk mengintrospeksi diri. Perjuangan masih
belum selesai. Kita masih harus melanjutkan perjuangan para pahlawan yang telah
gugur mendahului kita. Sebagaimana dahulu mereka meneriakkan ’merdeka atau
mati’ maka saat ini pun kita meneriakkan yel-yel yang sama: ’merdeka atau
mati’. Maknanya, kita akan berjuang sekuat tenaga untuk menjadikan bangsa ini
benar-benar merdeka, merdeka dengan sebenar-benarnya, meski harus ditebus
dengan kematian.
Diposkan oleh Supriyadi Pro on Tuesday, March 26, 2013
Kemerdekaan senantiasa mempunyai
arti yang sangat penting bagi kehidupan suatu bangsa, termasuk Indonesia. Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia dan pengakuannya oleh dunia telah
didapatkan bangsa ini dengan perjuangan berat tak kenal pamrih. Dengan modal
kemerdekaan, suatu bangsa akan memiliki harga diri dan dapat bersama-sama duduk
saling berdampingan dengan bangsa-bangsa di dunia.
Dalam hal ini kemerdekaan Indonesia
mempunyai beberapa arti penting, antara lain:
- Proklamasi
Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, merupakan puncak perjuangan
bangsa ini. Jadi, serangkaian perjuangan menentang kaum penjajah akhirnya
akan mencapai pada suatu puncak, yakni kemerdekaan.
- Dengan
kemerdekaan, berarti bangsa Indonesia mendapatkan suatu kebebasan. Bebas
dari segala bentuk penindasan dan penguasaan bangsa asing. Bebas
menentukan nasib bangsa sendiri. Hal ini berarti bahwa Bangsa Indonesia
merupakan bangsa yang berdaulat, bangsa yang harus memliki tanggung jawab
sendiri dalam hidup berbangsa dan bernegara.
- Kemerdekaan
adalh "jembatan emas" atau merupakan pintu gerbang untuk menuju
masyarakat adil dan makmur. Jadi, dengan kemerdekaan itu bukan
berarti perjuangan bangsa sudah selesai. Tetapi, justru muncul tantangan
baru untuk mempertahankan dan mengisinya dengan berbagai kegiatan
pembangunan.
Dengan demikian, jelaslah bahawa
bangsa Indonesia mulai memasuki tahap baru untuk mengatur hidup dan
kehidupannya lebih lanjut.
Makna Kemerdekaan bagi Bangsa Indonesia
PADA tanggal 17 Agustus tahun 1945 atas nama bangsa
Indonesia Soekarno dan Muh Hatta telah memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.
sebuah peristiwa bersejarah bagi bangsa indonesia yaitu Kemerdekaan, Sejak itu
Bangsa Indonesia terbebas dari belenggu penjajah Belanda dan Jepang.
Kemerdekaan senantiasa mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan suatu
bangsa, Dalam hal ini kemerdekaan Indonesia mempunyai beberapa arti penting,
antara lain:
1.Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945,
merupakan puncak perjuangan bangsa ini. Jadi, serangkaian perjuangan menentang
kolonial akhirnya akan mencapai pada suatu puncak, yakni kemerdekaan.
2.Dengan kemerdekaan, berarti bangsa Indonesia
mendapatkan suatu kebebasan. Bebas dari segala bentuk penindasan dan penguasaan
bangsa asing. Bebas menentukan nasib bangsa sendiri. Hal ini berarti bahwa
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang berdaulat, bangsa yang harus memliki
tanggung jawab sendiri dalam hidup berbangsa dan bernegara.
3.Kemerdekaan adalah suatu jalan ”jembatan emas” atau
merupakan pintu gerbang untuk menuju masyarakat adil dan makmur. Jadi,
dengan kemerdekaan itu bukan berarti perjuangan bangsa sudah selesai. Tetapi,
justru muncul tantangan baru untuk mempertahankan dan mengisinya dengan
berbagai kegiatan pembangunan.
Menurut kamus Bahasa Indonesia, Merdeka ialah bebas dan lepas dari segala macam
penjajahan.
Macam-macam Penjajahan tersebut bisa berupa penjajahan
fisik, ekonomi, politik dan sebagainya. Jika dibilang bangsa Indonesia telah
merdeka sepenuhnya? Maka jawabannya adalah belum. Karena masih banyak
penjajahan fisik, ekonomi bahkan politik. Parahnya lagi, penjajahan tersebut
dilakukan oleh sesama rakyat Indonesia sendiri.
Di usia ke 67 tahun kemerdekaan Indonesia ini masih
saja ada sebagian masyarakat yang belum merasakan kemerdekaan sesungguhnya.
Rakyat negeri ini, masih bergelimang dalam kemiskinan dan penderitaan yang
teramat menyakitkan. Masih banyak bayi-bayi di negeri ini mengalami busung
lapar, puluhan ribu para pejuang masih berlindung dalam gubuk-gubuk yang kumuh.
Jutaan petani yang terus berteriak tak berdaya karena mahalnya harga pupuk oleh
spekulan tengkulak dan rentenir. Lihat pula buruh dan karyawan pabrik yang
memerlukan asih memenuhi kebutuhan hidup anak istrinya. Buruh pabrik atau kuli
yang harus bermandi peluh untuk memberi nafkah keluarga, sementara upah tidak
memenuhui kebutuhan hidup anak dan isterinya.
Jika dilihat dari catatan Sejarah, bangsa kita memang
sudah merdeka. Merdeka itu artinya bebas, tapi segala macam bentuk korupsi,
kemiskinan, pendidikan, kesehatan masyarakat itu perlu ditangani lebih serius
lagi oleh pemerintah. Kemerdekaan di negeri ini sepertinya hanya dirasakan oleh
rakyat, sesaat dalam bentuk iring-iringan karnaval, panjat pinang dan berbagai
perlombaan lainnya. Permainan ini minimal dapat membuat mereka tersenyum meski
hanya setahun sekali.
Dalam momentum Kemerdekaan kita berharap agar Pemimpin
bangsa Indonesia, lebih peduli terhadap rakyatnya, dapat menghilangkan KKN yang
bisa menghancurkan Indonesia. Semoga Indonesia kedepan bisa maju dan setara
dengan Jepang, Korea Selatan, Prancis dan sedamai negara New Zealand.
Berbagai masalah yang dihadapi masih terjadi saat ini
di Indonesia. Penyerobotan tanah, penggusuran, perampasan hak atas harta benda
dan penghilangan nyawa di berbagai daerah. Perlakuan hukum yang timpang antara
satu warga dengan yang lainnya. Para penegak hukum yang menindas dan
diskriminatif terhadap rakyat kecil, sungguh masih dirasakan oleh sebagian
besar rakyat Indonesia. Keinginan berkuasa para pembesar negeri ini yang
tujuannya bukan untuk mensejahterakan rakyat akan tetapi untuk ”mengangkangi”
proyek-proyek besar dan mengeruk kekayaan di daerahnya. Seperti
kasus-kasus di Papua yang terus bergolak.
Rakyat Indonesia sebagian besar masih dalam keadaan
hidup sulit. Beban hidup yang menghimpit yang harus ditanggung, meliputi
pelayanan kesehatan yang minim dan mahal. Surat keterangan miskin pun tidak
mudah didapat walau betul-betul sudah miskin. Pengangguran yang semakin besar,
kesulitan mencari pekerjaan dan menanggung biaya pendidikan yang sangat mahal
bagi anak-anaknya.
Rakyat akan merasakan kemerdekaan bilamana beban hidup
mereka terasa ringan. Himpitan kesulitan hidup teratasi dengan mudah, serta adanya
harapan untuk diringankan penderitaan hidupnya melalui perbaikan-perbaikan
nyata. Bukan sekedar bantuan uang tunai Rp 300 ribu yang hanya untuk bertahan
hidup beberapa minggu, dan selebihnya harus puasa.
Ditinjau dari geopolitik dan geostrategi dengan posisi
geografis, sumber daya alam dan jumlah serta kemampuan penduduk telah
menempatkan Indonesia menjadi ajang persaingan kepentingan dan perebutan
pengaruh antar negara besar. Hal ini secara langsung maupun tidak langsung
memberikan dampak negatif terhadap segenap aspek kehidupan, sehingga dapat
mempengaruhi dan membahayakan kelangsungan hidup dan eksistensi NKRI. Berbagai
macam permasalahan di atas, diperlukan adanya ketahanan pada bangsa kita dari
segala macam aspek seperti ketahanan dibidang ideologi, politik, ekonomi,
sosial budaya yang termasuk didalamnya ketahanan dibidang kesehatan, pertahanan
dan keamanan.
Ancaman narkoba menjadi jauh lebih berbahaya dari
terorisme internasional. Selain berpotensi menghilangkan nyawa warga dalam
jumlah besar, kecanduan narkoba pasti membuat penderita kehilangan orientasi
dan jati diri. Secara medis dan psikis, kehilangan orientasi diri itu tak akan
pernah bisa kembali pulih ke kesadaran semula.
Berdasarkan data dari Badan Narkotika Nasional (BNN),
pada tahun 2009 saja terdapat 3,6 juta pengguna narkoba di antaranya
900.000 orang menjadi pecandu. Sedangkan data dari Bareskrim Polri tentang
kasus penyalahgunaan narkoba menyebutkan bahwa jumlah kasus tindak pidana
narkoba di Indonesia dari tahun ke tahun meningkat terus.
Inti dari pemecahan masalah tersebut diatas adalah
melalui upaya peningkatan pendidikan dan pemberantasan kemiskinan pada bangsa
Indonesia. Tentu saja segala upaya yang dilakukan tidak akan berhasil dengan
baik apabila tidak didukung dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat
dibidang ekonomi dan upaya pemberantasan kemiskinan. Penciptaan lapangan
pekerjaan yang luas, sumber daya pangan yang tersedia mencukupi kebutuhan,
tempat tinggal yang layak, kesempatan untuk mendapatkan pendidikan dan lain-lain
merupakan multifaktor masalah yang juga harus difikirkan bersama.
Makna kemerdekaan menurut semangat HAM, Pancasila dan
Undang-undang Dasar 1945 antara adalah:
Pertama, Kemerdekaan adalah bebas dari tekanan atau penindasan dari pihak lain.
Konteks dari kata tersebut adalah bahwa kemerdekaan itu bisa tercipta
manakala bisa terbebas dari penindasan, ancaman, intimidasi dari
pihak-pihak lain. Misalnya rakyat Indonesia dikatakan merdeka, manakala tidak
ada yang memaksa, tidak ada yang mengancam, tidak ada yang mengintimidasi,
inilah makna ”merdeka” yang diambil dari kata itqun minannaar, yang berarti
terbebas dari siksaan.
Kedua, Kemerdekaan berarti menghilangkan kelas-kelas
sosial dalam masyarakat, menciptakan tatanan masyaarakat yang sederajat.
Memuliakan antara satu sama lain, kesetaraan, tidak ada kelas dalam masyarakat,
masing-masing memiliki hak sebagai bangsa tanpa membedakan kultur dan kelasnya.
Ketiga, Kemerdekaan bisa tercapai, manakala seluruh
komponen masyarakat bisa tampil bersama-sama antara satu individu dengan
individu lain, atau antar kelompok satu dengan lainnya. Dalam praktek hukum
maka mestinya masing-masing komponen bangsa tidak pandang bulu. Jika
hukum masih bersembunyi di belakang layar, sedangkan yang tampil adalah
uang, ini berarti belum merdeka.
Semoga kita bangsa Indonesia semakin bisa memaknai
kemerdekaan ini dengan kemerdekaan yang sesungguhnya dan Insya Allah bangsa ini
akan semakin jaya dan besar. ***
Bahzomi Fuadi
Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Ibnu Sina Batam
ANGKA KEMISKINAN DI INDONESIA
Penurunan angka kemiskinan di 2014 sulit tercapai
Oleh Margareta Engge Kharismawati - Kamis, 16 Januari 2014 | 18:58 WIB
http://nasional.kontan.co.id/news/penurunan-angka-kemiskinan-di-2014-sulit-tercapai
JAKARTA. Angka kemiskinan di Indonesia terus
melebar di tahun 2013 kemarin. Karena itu, World Bank atawa Bank Dunia menilai
target penurunan kemiskinan di tahun ini akan sulit tercapai.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), angka kemiskinan per September
2013 mencapai 28,55 juta orang atau naik dibandingkan Maret 2013 yang mencapai
28,07 juta orang. Jumlah kemiskinan di September 2013 ini setara dengan 11,47%
dari jumlah penduduk Indonesia.
Pemerintah sendiri dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2014 sebesar
9%-10,5%. Ekonom Senior World Bank Vivi Alatas mengatakan, masih ada
kesenjangan yang tinggi antara pertumbuhan tingkat konsumsi masyarakat rumah
tangga kelas bawah dengan kelas atas.
Apalagi, Bank Dunia sendiri memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia di
tahun ini hanya 5,3%. "Butuh upaya ekstra apabila Indonesia ingin mencapai
target (kemiskinan)," ujar Vivi di Jakarta, Kamis (16/1).
Menurut Vivi, kemiskinan tidak hanya bisa diturunkan melalui program bantuan
sosial seperti Program Keluarga Harapan (PKH) ataupun Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) yang menjadi kebijakan pemerintah sekarang ini.
Indonesia butuh memastikan adanya akses infrastruktur ke desa sehingga ada
akses ke pedesaan.
Hal itu penting sebagai upaya pengentasan kemiskinan. Di sisi lain, pemerintah
mesti mengupayakan pekerjaan yang lebih baik bagi masyarakat Indonesia.
http://pemilu.tempo.co/read/news/2014/02/23/269556818/Mahfud-Md-Anggap-Pemerintahan-SBY-Gagal-
TEMPO.CO, Surakarta -
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud Md menilai pemerintah gagal mewujudkan
kesejahteraan rakyat. Sebab, dengan predikat sebagai negara dengan perekonomian
terbesar ke-16 di dunia, nyatanya jutaan rakyat Indonesia hidup dalam
kemiskinan.
Dia heran masih ada orang miskin di Indonesia. Padahal, banyak negara memuji
Indonesia sebagai negara kaya. "Tapi masih banyak orang miskin di
Indonesia," kata dia saat menjadi pembicara dalam "Dialog Ulama dan
Umara, Mencari Paradigama Baru Tata Kelola Migas di Indonesia" yang berlangsung
di Surakarta, Jawa Tengah, Ahad, 23 Februari 2014.
Mahfud mengatakan data Badan Pusat Statistik menunjukkan jumlah orang miskin di
Indonesia sebanyak 28,5 juta orang. Standar yang digunakan adalah mereka yang
berpenghasilan di bawah Rp 250 ribu per bulan. Adapun menurut standar Bank
Dunia, mereka yang berpenghasilan di bawah Rp 650 ribu per bulan termasuk warga
miskin. "Jika pakai standar Bank Dunia, jumlah orang miskin di Indonesia
ada 108 juta orang," ujar dia.
Kekayaan Indonesia dinilai tak dinikmati oleh seluruh rakyat. Ada ketidakadilan
dalam pemerataan kesejahteraan. "Hanya 1 persen penduduk yang menguasai 70
persen perputaran uang. Mereka menguasai 40 persen aset," ucap dia.
Calon presiden yang berniat maju dari Partai Kebangkitan Bangsa ini menilai
pemerintah gagal mewujudkan kesejahteraan bagi warganya. Sebab, tidak ada
keadilan dalam menikmati kesejahteraan. "Kesejahteraan hanya berkumpul di
kalangan atas," kata dia.
Negara
dengan Penduduk Terbanyak di Dunia, RI Masuk 4 Besar
Herdaru Purnomo - detikfinance
Kamis, 06/03/2014 13:40 WIB


Jakarta -Indonesia
masih masuk posisi 5 besar negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia.
Indonesia berada di nomor 4 bersaing dengan Brasil di posisi ke-5.
Mengutip data Departemen Perdagangan AS, melalui Biro Sensusnya, Kamis
(6/3/2014), China masih menguasai dunia dengan jumlah populasi terbanyak.
China menempati posisi pertama dengan jumlah populasi yang mencapai 1,355
miliar. Berada di nomor dua, India memiliki jumlah penduduk yang tak kalah
dengan China yakni mencapai 1,236 miliar.
AS masih berada di posisi ke-3 dari peringkat negara dengan jumlah penduduk
terbanyak. Populasi penduduk di AS mencapai 318.892 juta.
Indonesia berada di peringkat ke-4 dengan jumlah penduduk mencapai 253,60 juta
jiwa dan disusul Brasil yang mencapai 202,65 juta jiwa.
Negara tetangga Indonesia, yakni Malaysia berada di peringkat ke-43 dengan
jumlah penduduk yang mencapai 30,07 juta jiwa berdasarkan biro sensus AS per
2014 ini.
Berikut 20 besar negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia:
- China
1.355.692.576
- India
1.236.344.631
- Amerika
Serikat 318.892.103
- Indonesia
253.609.643
- Brasil
202.656.788
- Pakistan
196.174.380
- Nigeria
177.155.754
- Bangladesh
166.280.712
- Russia
142.470.272
- Jepang
127.103.388
- Meksiko
120.286.655
- Philippines
107.668.231
- Ethiopia
96.633.458
- Vietnam
93.421.835
- Mesir
86.895.099
- Turki
81.619.392
- Jerman
80.996.685
- Iran
80.840.713
- Kongo
77.433.744
- Thailand
67.741.401
(dru/hen)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
http://www.merdeka.com/uang/4-fakta-seputar-tenaga-kerja-dan-pengangguran-di-indonesia.html
Merdeka.com - Masalah pengangguran dan tenaga
kerja di Indonesia masih menjadi persoalan yang perlu disikapi secara serius.
Terlebih, dari data yang disampaikan Bank Dunia, kawasan Asia Timur memiliki
tantangan besar terkait meluasnya pengangguran.
"Pengangguran usia muda yang tinggi, kesenjangan
yang meluas dan keterbatasan keterampilan menjadi masalah yang mendasar,"
ujar Wakil Presiden Bank Dunia Asia Timur dan Pasifik, Axel van Trotsenburg
saat konferensi pers terkait perekonomian Indonesia dan Asia Timur saat
berkunjung ke Jakarta beberapa waktu lalu.
Terbaru, Badan Pusat Statistik (BPS)
melansir data mengenai kondisi tenaga kerja di Indonesia. Angkatan kerja
Indonesia per Februari 2014 mencapai 125,32 juta orang. Angka ini meningkat
jika dibandingkan angkatan kerja Februari 2013 yang hanya 123,64 juta orang.
Kelompok angkatan kerja adalah penduduk yang masuk
dalam usia kerja yaitu 15 tahun ke atas. Kepala BPS
Suryamin mengatakan, dari jumlah angkatan kerja tersebut, sebanyak 118,17 orang
bekerja dan sisanya 7,15 juta orang menganggur. Dari data BPS
angka pengangguran di Indonesia turun tipis. "Struktur dari 125,3 juta
orang itu sekitar 7,15 juta diantaranya masih mencari pekerjaan. Jadi tingkat
pengangguran 7,15 juta orang. Dalam satu tahun jumlah pengangguran berkurang
50.000 orang," ucap Suryamin dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta,
Senin (5/5).
Jumlah pengangguran di Indonesia memang menurun. Tapi
ironinya, jumlah pengangguran terdidik di Indonesia semakin banyak. hal itu
juga sekaligus menggambarkan kondisi dan kualitas tenaga kerja di Indonesia.
"Pengangguran memang menurun dari 7 persen dua tahun lalu, sekarang 6
persen. Tapi komposisi pengangguran terdidik itu semakin tinggi," ujar
Ketua Komite Tetap Sertifikasi Kompetensi Tenaga Kerja Kadin Sumarna F
Abdurrahman belum lama ini.
Bank Dunia sempat menyarankan agar negara di kawasan
ini membuat kebijakan untuk menjaga stabilitas makro ekonomi sekaligus
mendorong terciptanya usaha kecil dan menengah, sektor yang banyak digeluti
oleh penduduk Asia Timur. Selain itu perlu juga memperluas cakupan pekerjaan formal
untuk meningkatkan perlindungan risiko kerja dan perlindungan sosial serta
mempertahankan pertumbuhan.
Merdeka.com mencatat beberapa fakta seputar kondisi tenaga kerja
dan pengangguran di Indonesia. Berikut paparannya.
1.Banyak lulusan SMA jadi pengangguran
Merdeka.com - Badan Pusat
Statistik (BPS)
melansir data pengangguran terbaru di Indonesia per Februari 2014. Dari data
tersebut, pengangguran di Indonesia didominasi oleh lulusan SMA.
Lulusan SMA yang menganggur mencapai 9,10 persen dari total
penganggur di Indonesia per Februari 2014 yang mencapai 7,15 juta orang.
Persentase pengangguran lulusan SMA menurun dibanding periode yang sama tahun
lalu yang mencapai 9,39 persen.
Kepala BPS
Suryamin mengatakan tingkat pengangguran tertinggi kedua di Indonesia adalah
lulusan SMP, mencapai 7,44 persen.
"Jika dibandingkan keadaan Februari 2013, tingkat pengangguran
terbuka pada semua tingkat pendidikan mengalami penurunan kecuali pada tingkat
SD ke bawah dan Diploma," ucap Suryamin di kantornya, Jakarta, Senin
(5/5).
Dari data BPS,
tingkat pengangguran paling kecil berasal dari lulusan SD. Hanya 3,69 persen
dari total seluruh pengangguran. Sedangkan tingkat pengangguran terkecil kedua
adalah lulusan universitas dengan persentase hanya 4,31 persen.
2.Banyak pekerja di Indonesia lulusan SD
Merdeka.com - Data BPS
per Februari 2014, jumlah orang yang bekerja di Indonesia mencapai 118,17
orang. Sedangkan pengangguran mencapai 7,15 juta orang menganggur.
Kepala BPS,
Suryamin mengatakan, angkatan kerja Indonesia masih didominasi lulusan SD. Dari
118,17 juta orang yang bekerja, 55,3 juta orang atau 46,80 persen berasal dari
lulusan SD.
"Pekerja lulusan SMP terbanyak kedua sebesar 21,1 juta
orang atau 17,82 persen," ucap Suryamin di kantornya, Jakarta, Senin
(5/5).
Suryamin menyebut jumlah angkatan kerja lulusan SD turun
jika dibandingkan Februari tahun lalu. Februari 2013 jumlah pekerja lulusan SD
mencapai 56,49 juta.
Sejalan dengan turunnya pekerja lulusan SD, kata Suryamin,
jumlah pekerja lulusan universitas mengalami peningkatan. Per Februari 2014,
pekerja lulusan universitas tercatat mencapai 8,85 juta orang. Angka ini naik
dibanding Februari 2013 yang hanya 8,07 juta orang.
Hal serupa juga terjadi pada jumlah pekerja lulusan SMA yang
naik menjadi 18,91 juta orang dibanding periode yang sama tahun lalu yang hanya
17,95 juta orang. Sedangkan jumlah pekerja lulusan Diploma sedikit menurun dari
3,25 juta orang di Februari 2013 menjadi 3,13 juta orang Februari 2014.
"Dalam setahun terakhir, penduduk bekerja berpendidikan
rendah menurun 76,8 juta orang. Sementara penduduk bekerja berpendidikan tinggi
meningkat 11,3 juta orang atau 9,72 persen," tutupnya.
4.
Lapangan kerja pertanian
ditinggalkan
Merdeka.com - Dengan predikat
sebagai negara agraris, Indonesia justru belum memaksimalkan peran sektor
pertanian. Bahkan sektor ini mulai terpinggirkan. Salah satu indikatornya
terlihat dari data terbaru yang dilansir Badan Pusat Statistik (BPS)
mengenai struktur lapangan pekerjaan Indonesia hingga Februari 2014.
Dalam data tersebut, lapangan pekerjaan sektor pertanian
konsisten ditinggalkan masyarakat. Pada Februari 2012 jumlah masyarakat bekerja
sektor pertanian mencapai 42,36 juta orang. Setahun kemudian atau Februari
2013, jumlah pekerja ini turun hingga hanya 41,11 juta orang. Per Februari
2014, pekerja sektor pertanian tinggal 40,83 juta orang.
Sejalan dengan itu, lapangan kerja yang terus meningkat
jumlah pekerjanya dalam 3 tahun terakhir adalah lapangan kerja sektor industri,
konstruksi, perdagangan, transportasi, keuangan, serta jasa kemasyarakatan.
Kepala BPS
Suryamin menuturkan, jumlah penduduk yang bekerja mengalami kenaikan pada
hampir semua sektor. Terutama sektor jasa kemasyarakatan meningkat sebanyak
640.000 dalam satu tahun terakhir.
"Sektor perdagangan bertambah 450.000, sektor industri
bertambah 390.000 orang. Sedangkan mengalami penurunan hanya sektor pertanian
sebanyak 280.000 orang berkurang dibanding tahun lalu," tutupnya.

4.SDM tak berkualitas
Merdeka.com - Ketua Umum Kamar
Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia, Suryo B. Sulisto menyoroti kondisi
tenaga kerja di Indonesia yang semakin memprihatinkan. Masalah paling krusial
dihadapi saat ini adalah jumlah penduduk yang terus meningkat dalam 10 tahun
terakhir namun tidak dibarengi dengan tersedianya lapangan kerja.
Menurut pria yang akrab disapa SBS ini, program Keluarga
Berencana (KB) tidak lagi berjalan. Di lain pihak jumlah penyerapan tenaga
kerja dalam negeri tidak berkembang bahkan cenderung menurun.
"Ini ada keprihatinan yang serius dalam hal tenaga
kerja khususnya pada sumber daya manusia pada umumnya," ucap SBS dalam
seminar di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Rabu (30/4).
Kualitas tenaga kerja di Indonesia diragukan, sehingga lahir
banyak pengangguran. Ketua Komite Tetap Sertifikasi Kompetensi Tenaga Kerja
Kadin Sumarna F Abdurrahman mengakui, saat ini ada missmatch antara kualitas
pendidikan di Indonesia dengan kebutuhan pengusaha. Kualitas pendidikan tidak
menyiapkan lulusannya untuk bekerja.
Sumarna berujar, banyak pengusaha yang akhirnya terpaksa
merekrut pekerja yang tidak kompeten. Ini dilakukan karena jumlah pengangguran
terdidik di Indonesia terus meningkat.